Apa kamu merasa prihatin dengan dunia perpolitikan Indonesia?
Berarti kita sama. Mengapa saya prihatin?
Bisa lah kita tengok kepada
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh elite politik tertentu yang hanya mementingkan
kepentingan golongan tertentu saja. Beberapa waktu lalu ada berita yang
mengabarkan bahwa “gaji anggota DPRD naik” dan alasan mereka meminta itu
“supaya tidak ada korupsi”. Apa? Jadi selama ini mereka menjalankan praktik
korupsi?
Takkan ada habisnya kita membahas bobroknya politisi negeri ini.
Sekarang mari kita fokus pada tema utama.
“Mengapa Politik Kampus Hari Ini Cermin Politik Nasional di Masa
Depan?”
Kebanyakan dari pelaku politik di kanca nasional sekarang ini adalah
pelaku politik kampus pada masanya. Ada banyak contoh pelaku politisi kampus
yang kini terjun dalam kancah politik nasional seperti Muhammad Jusuf Kala,
Anies Baswedan, Imam Nahrowi, Anis Mata, dan masih banyak lagi.
Banyak politisi yang benar-benar menjungjung kepentingan rakyat
diatas kepentingan golongan. Namun, tak sedikit pula yang lebih mementingkan
kepentingan golongan dan pribadi diatas kepentingan rakyat.
Masalahnya, perilaku ini tidak hanya terjadi di lingkungan elite
politik nasional. Bahkan di kampus sendiri masih ada orang yang tidak
menjungjung amanah. Misalnya, saya pernah menemui oknum mahasiswa yang
terindikasi telah melalaikan tanggungjawab di tempat fotokopi. Transaksi yang
seharga Rp. 95.000 diminta oleh si mahasiswa untuk ditulis Rp. 100.000. “Sayang
kalo balik lagi ke fakultas.” Pinta si mahasiswa kepada petugas fotokopi tanpa
muka dosa.
“Dikit ini tak apalah, cuma lima ribu.” Ketika masih mahasiswa,
bila diabaikan maka akan menjadi kebiasaan yang terbawa hingga masa depan. Maka
jangan heran jika koruptor punya motto, “dikit ini tak apalah, cuma lima milyar.”
Selain itu, pola politik kampus pada umumnya kini sangat
mainstream. Tujuan kebanyakan golongan yang ikut terlibat dalam Pemira
bertujuan untuk memenangkan kontes Pemira sehingga mereka naik menjadi pemegang
kebijakan di Eksekutif Mahasiswa, lalu setelah itu mereka punya wewenang untuk
menjadi panitia orientasi mahasiswa dimana pada sesi itu mereka akan berusaha
untuk memikat mahasiswa baru untuk bergabung dalam golongan mereka. Setelah
golongan mereka memiliki kuantitas yang banyak mereka bisa memenangkan Pemira.
Setelah menang Pemira mereka akan menjadi pemegang Eksekutif Mahasiswa, lalu
setelah itu mereka punya wewenang untuk menjadi panitia orientasi mahasiswa
dimana pada sesi itu mereka akan berusaha untuk memikat mahasiswa baru untuk
bergabung dalam golongan mereka. Setelah golongan mereka memiliki kuantitas
yang banyak mereka bisa memenangkan Pemira. Setelah menang Pemira mereka akan
menjadi pemegang Eksekutif Mahasiswa, lalu setelah itu mereka punya wewenang
untuk menjadi panitia orientasi mahasiswa dimana pada sesi itu mereka akan
berusaha untuk memikat mahasiswa baru untuk bergabung dalam golongan mereka.
Setelah golongan mereka memiliki kuantitas yang banyak mereka bisa memenangkan
Pemira.... dan begitu terus lingkaran setan itu tidak ada habisnya.
Lantas apa gunanya Pemira jika hanya menjadi ajang unjuk gigi
golongannya masing-masing? Apakah ajang Pemira hanya untuk membuktikan kepada
golongan yanglain bahwa, “nih golongan gue bisa menang Pemira.” Lantas apa?
Seharusnya, politik kampus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa seperti pengembangan riset mahasiswa sesuai dengan bidangnya, menjadi
jembatan antara mahasiswa dan pihak birokrat kampus, serta menjadi wadah bagi
SEMUA mahasiswa dalam satu jurusan, fakultas, dan universitas untuk menjadikan
kampus menjadi lebih baik, bukan saling menjatuhkan antar golongan.
Saat kita mengembangkan diri dalam politik kampus, atau dimana pun
itu, maka pada saat itu kita tengah membina masa depan negeri ini. Bila kau
bina dengan baik dan sesuai dengan tutunan dari Allah, maka kau telah melakukan
amal jariah kepada negeri ini. Namun, bila kau tabrak semua tuntunan dariNya
demi kepentingan pribadi dan golongan tanpa mengindahkan kepentingan umat, apa
yang kau dapat dan kau beri pada negeri ini?
Maka, untuk pelaku politik aktif dalam politik kampus, coba
tanyakan kepada diri sendiri, apa sih tujuan kamu terlibat dalam kontes ini?
Yuk kita perbaiki diri kita, siapapun kita, buanglah
kebiasaan-kebiasaan buruk kita sedari sekarang bila tak ingin menghancurkan
bangsa ini, buanglah rasa saling membenci satu sama lain bila tak ingin bangsa
ini terpecah. Mulai dari yang terkecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari
sekarang.
Dan ingat, pemuda di hari ini adalah pemimpin di masa depan.
Komentar
Posting Komentar