Pekan UAS sedang dan akan segera berakhir. Namun, ada satu fakta yang sungguh sedih harus kita terima bersama, “menyontek” yang merupakan tindakan tercela ternyata telah menjadi budaya tersendiri. Terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Memang, sungguh dilematis ketika seorang pelajar (atau mahasiswa) menghadapi suatu kekhawatiran bahwa ia tidak yakin takkan bisa menyelesaikan soal-soal ujian dengan benar tanpa “ngintip”. Seringkali dengan dalih “ini darurat”, perilaku nista itu dilakukan. Tapi, jika kita selalu men-“darurat”-kan setiap kesulitan yang kita hadapi, kapan kita dapat melalui kesulitan tanpa alasan “darurat”? Saya teringat dengan salah satu narasi yang saya lupa dengan sumbernya: “Jika ingin menghancurkan sebuah negara, tak perlu siapkan bom tercanggih atau peralatan perang lainnya. Permudah saja para pelajar untuk MENYONTEK. Jika seorang pelajar lulus dengan cara menyontek dengan alasan “darurat harus dapat nilai tinggi”, maka ia pun akan muda
Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Kita yang menentukan cerita hidup ini indah atau kelam.