"Gorontalo panas, nggak kayak Ciamisku yang sejuk..." Itulah komentarku saat membandingkan Gorontalo dan Ciamis dari sisi iklim. Sebagai anak yang telah terbiasa dengan udara sejuk, maka saat awal-awalku tiba di Gorontalo terasa begitu menggerahkan. Bahkan saat ada acara outbond yang diselenggarakan sekolah, aku benar-benar tersiksa hingga kulitku terbakar dan terkelupas. Namun setelah setahunku di Gorontalo, aku sudah dapat beradaptasi dan nyaman. Imbasnya, ketika tahun ini aku pulang kampung, aku tidak dapat merasa nyaman dengan iklim di Ciamis. Pagi=dingin; siang=dingin; malam=dingin juga. Dinginnya Ciamis pun sangat terasa saat ku mengambil air wudhu. Brr... dingin walau matahari telah diatas atap rumah. Apalagi kalau lagi mandi, BRRRRR....... Mungkin ini karma (emang ada?) yang dijatuhkan padaku yang terlalu membanggakan Ciamisku yang sejuk kini benar-benar 'sejuk' kurasa...
Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Kita yang menentukan cerita hidup ini indah atau kelam.