Tiada hari tanpa internet. Pernyataan ini nampak berlebihan. Namun, di masa modern hampir seluruh aktifitas selalu membutuhkan internet. Mahasiswa yang ingin mencari artikel yang terkait tugas kampus, Ibu-ibu yang suka belanja dan membanding-bandingkan harga, bahkan anak-anak SD sekalipun kini membutuhkan internet.
Namun, kebanyakan anak muda kini memanfaatkan kehebatan internet hanya terbatas pada media sosial. Mengunggah foto gaya alay, memperbaharui status galau yang seakan hidupnya adalah yang paling merana di dunia ini. Padahal, teknologi internet bisa dimanfaatkan lebih dari sekedar update status setiap menit.
“Aku kesepian, butuh teman nih.”
“Dia tak dapat mengerti isi hatiku.”
“Kuingin melupakanmu, namun aku tak bisa.”
Alamak, piawai sekali anak muda kini merangkai kata. Kalau kamu mengumpulkan semua status yang pernah kamu tulis bisa jadi novel, diterbitkan, dapat uang deh. Hehe....
Hal itu tak pernah kusadari hingga kejadian ini menimpaku.
Libur semester kali ini kuhabiskan di rumahku bersama keluarga di Ciamis, Jawa Barat. Rutinitas kampus yang menjenuhkan itu kulupakan dengan rutinitas baru di rumah. Mandi, makan, shalat, dan internetan dengan hotspot yang ada di rumah. Lumayan, kuota internet di modemku bisa diawetkan untuk digunakan di kampus nanti. Hehe...
Ketika liburan akan segera berakhir, aku baru menyadari bahwa modem internetku tak ada di tas netbookku. Aku panik. Orang tuaku pun ikut membantuku mencari modemku yang entah ada dimana. Namun, hingga hari keberangkatanku ke Jakarta modemku tak pernah ditemukan. Hiks...
Kemalanganku ini kuceritakan kepada teman-teman kamarku.
“Beli aja modem baru.”
“Ganti kartu sekalian.”
Urusan beli modem baru tak semudah membalikan telapak tangan. Modem yang biasa kugunakan merupakan saksi sejarah hidupku yang telah melanglangbuana hingga ke Gorontalo. Modem ini telah menemaniku untuk berinternet dengan jaringan Telkomsel di tengah tempat yang sulit menemukan sinyal. Oh ya, sekedar info, jaringan Telkomsel yang kabarnya telah menjangkau ke seluruh pelosok Indonesia benar adanya. Aku yang pernah menetap selama 3 tahun di Gorontalo telah membuktikannya. Awalnya kukira hanya pulau Jawa yang mendapatkan jaringan Telkomsel yang prima. Ternyata di Gorontalo pun ada ^_^
Usul untuk beralih operator pun aku tolak. Aku terlanjur cinta dengan kartu simPATIku. Cukup bermodal 60 ribu rupiah, aku bisa berinternet ria selama sebulan penuh dengan kuota dan jaringan yang prima.
Alhamdulillah, puasa internet tak berlangsung selamanya.
Aku yang belum yakin bahwa modemku hilang terus mengingat-ingat tempat-tempat biasa aku menyimpan modemku. Tas, sudah di cek. Kasur, sudah di cek. Tempat pensil...... BELUM DI CEK.
Setibanya di kamar, aku bergegas membuka tempat pensil yang telah lama terabaikan. Ternyata, modemku masih mulus tersimpan di dalamnya. Alhamdulillah. Puasa internet segera berakhir. Aku pun bergegas memperpanjang masa aktif modemku. Kuota yang tersisa ada 2 Gb. Lumayan buat browsing ilmu pengetahuan. Hehe...
Hingga kini aku masih mencoba menyelesaikan novel keduaku. Semoga segera selesai dan hasilnya memuaskan.
Namun, kebanyakan anak muda kini memanfaatkan kehebatan internet hanya terbatas pada media sosial. Mengunggah foto gaya alay, memperbaharui status galau yang seakan hidupnya adalah yang paling merana di dunia ini. Padahal, teknologi internet bisa dimanfaatkan lebih dari sekedar update status setiap menit.
“Aku kesepian, butuh teman nih.”
“Dia tak dapat mengerti isi hatiku.”
“Kuingin melupakanmu, namun aku tak bisa.”
Alamak, piawai sekali anak muda kini merangkai kata. Kalau kamu mengumpulkan semua status yang pernah kamu tulis bisa jadi novel, diterbitkan, dapat uang deh. Hehe....
Hal itu tak pernah kusadari hingga kejadian ini menimpaku.
Libur semester kali ini kuhabiskan di rumahku bersama keluarga di Ciamis, Jawa Barat. Rutinitas kampus yang menjenuhkan itu kulupakan dengan rutinitas baru di rumah. Mandi, makan, shalat, dan internetan dengan hotspot yang ada di rumah. Lumayan, kuota internet di modemku bisa diawetkan untuk digunakan di kampus nanti. Hehe...
Ketika liburan akan segera berakhir, aku baru menyadari bahwa modem internetku tak ada di tas netbookku. Aku panik. Orang tuaku pun ikut membantuku mencari modemku yang entah ada dimana. Namun, hingga hari keberangkatanku ke Jakarta modemku tak pernah ditemukan. Hiks...
Kemalanganku ini kuceritakan kepada teman-teman kamarku.
“Beli aja modem baru.”
“Ganti kartu sekalian.”
Urusan beli modem baru tak semudah membalikan telapak tangan. Modem yang biasa kugunakan merupakan saksi sejarah hidupku yang telah melanglangbuana hingga ke Gorontalo. Modem ini telah menemaniku untuk berinternet dengan jaringan Telkomsel di tengah tempat yang sulit menemukan sinyal. Oh ya, sekedar info, jaringan Telkomsel yang kabarnya telah menjangkau ke seluruh pelosok Indonesia benar adanya. Aku yang pernah menetap selama 3 tahun di Gorontalo telah membuktikannya. Awalnya kukira hanya pulau Jawa yang mendapatkan jaringan Telkomsel yang prima. Ternyata di Gorontalo pun ada ^_^
Usul untuk beralih operator pun aku tolak. Aku terlanjur cinta dengan kartu simPATIku. Cukup bermodal 60 ribu rupiah, aku bisa berinternet ria selama sebulan penuh dengan kuota dan jaringan yang prima.
Maka hari-hari awal kuliah
kulalui tanpa internet, tanpa Facebook, tanpa Twitter. Hiks... Padahal selama
ada modem aku jarang menggunakannya untuk hal yang bermanfaat. Nanti kalau
sudah ketemu harus dipakai hal-hal yang bermanfaat, deh. Jangan hanya update
status-status yang sok putis seperti biasa. Kalau semua status-statusku
dikumpul bisa jadi novel tuh. Hehe..
Novel? Ya... Aku bisa memulainya
dengan kalimat-kalimat ringan yang terkumpul menjadi sebuah paragraf. Kalau
ditambah sedikit konflik pasti lebih menarik. Kenapa baru sadar sekarang? Hm... harus segera dimulai nih penciptaan
karya sastra masa kini. Hoho...
Alhamdulillah, puasa internet tak berlangsung selamanya.
Aku yang belum yakin bahwa modemku hilang terus mengingat-ingat tempat-tempat biasa aku menyimpan modemku. Tas, sudah di cek. Kasur, sudah di cek. Tempat pensil...... BELUM DI CEK.
Setibanya di kamar, aku bergegas membuka tempat pensil yang telah lama terabaikan. Ternyata, modemku masih mulus tersimpan di dalamnya. Alhamdulillah. Puasa internet segera berakhir. Aku pun bergegas memperpanjang masa aktif modemku. Kuota yang tersisa ada 2 Gb. Lumayan buat browsing ilmu pengetahuan. Hehe...
Hingga kini aku masih mencoba menyelesaikan novel keduaku. Semoga segera selesai dan hasilnya memuaskan.
Komentar
Posting Komentar